Climate Outlook 2025 atau Pandangan Iklim Tahun 2025 secara umum berisi tentang prediksi kondisi iklim tahun 2025 yang merujuk kepada analisis terkini terhadap kondisi dinamika atmosfer-laut global. Informasi ini terdiri dari prediksi El-Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD), prediksi suhu udara dan prediksi curah hujan 2025, serta perbandingannya terhadap kondisi rerata jangka panjang selama 30 tahun (atau lebih lanjut dalam publikasi ini disebut sebagai kondisi "normal") dan juga perbandingannya terhadap kondisi curah hujan tahun 2024.
Outlook Dinamika Atmosfer: Sepanjang tahun 2025, indeks ENSO diprediksi akan berada pada kisaran anomali -0,66 sampai 0,0. Rentang nilai tersebut berada pada kategori fase La Nina Lemah hingga Netral. Pada Januari-Februari-Maret 2025, diprediksi gangguan iklim global La Nina sebagai kelanjutan dari fenomena La Nina 2024 akan bertahan pada fase La Nina Lemah. Fenomena La Nina secara gradual akan beralih menuju Fase Netral menjelang semester pertama tahun 2025 dan berlanjut dalam kondisi Netral hingga akhir tahun 2025. Sementara itu, IOD tahun 2025 diprediksi akan berada pada Fase Netral sepanjang tahun, dengan indeks berkisar -0,42 hingga +0,22.
Prediksi Hujan Tahunan dan Bulanan 2025: Total curah hujan tahunan pada 2025 diprediksi umumnya berkisar pada kondisi normal, namun terdapat beberapa wilayah yang diprediksi berpotensi mendapatkan curah hujan tahunan yang cukup tinggi yaitu lebih dari 2.500 mm/tahun. Curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun diprediksi terjadi di wilayah sebagian besar Aceh, sebagian Sumatra Utara, sebagian besar Sumatra Barat, sebagian Riau bagian barat, sebagian Jambi, sebagian besar Bengkulu, sebagian Sumatra Selatan, sebagian besar Kepulauan Bangka Belitung, sebagian Lampung bagian utara, sebagian Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi bagian tengah dan selatan, sebagian Bali, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian besar Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua.
Potensi dukungan pada pertanian, dampak pada banjir, dan pengaruh pada perkembangan Demam Berdarah Dengue (DBD): Kondisi iklim tahun 2025 yang diprediksi cenderung normal dengan potensi La Nina Lemah di awal tahun sangat mendukung upaya memperkuat ketahanan pangan. Curah hujan tahun 2025 yang mayoritas diprediksi mengalami kondisi normal hingga atas normal cocok untuk mendukung upaya meningkatkan produktivitas tanaman pangan di wilayah-wilayah sentra pangan. Untuk sektor pertanian, daerah sentra produksi pangan yang diprediksi mengalami hujan bawah normal antara lain sebagian Sumatra, sebagian Jawa, sebagian kecil Kalimantan, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, sebagian kecil Maluku, dan sebagian kecil Papua.
Pemerintah daerah di wilayah-wilayah ini dapat melakukan tindakan antisipasi penyesuaian pengelolaan aktivitas pertanian dengan penyesuaian pola tanam dan ketersediaan air, serta disarankan untuk melakukan pemilihan bibit komoditas yang lebih sesuai dengan kondisi tersebut. Dengan upaya dukungan intensifikasi seperti irigasi dan upaya pendukung lainnya, wilayah sentra produksi pangan tersebut masih berpotensi menghasilkan produktivitas tanaman pangan yang baik.
Pada periode awal tahun yang beririsan dengan periode musim hujan dan kondisi La Nina lemah perlu diwaspadai khususnya terkait potensi bencana hidrometeorologi seperti kejadian banjir dan longsor. Selain itu, suhu udara yang hangat, curah hujan yg cukup tinggi dan kelembapan udara yang tinggi dapat memengaruhi perkembangan hidup vektor yang dapat menularkan penyakit (vector-borne diseases). Perkembangan siklus hidup nyamuk pada kondisi iklim yang optimal dapat memicu peningkatan jumlah kasus penyakit, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), yang biasanya terjadi puncak jumlah kasus DBD 6 hingga 8 minggu setelah puncak musim hujan.
- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.